Berita Lain

OLAHRAGA TRADISIONAL JEMPARINGAN, PANAHAN ALA KERAJAAN MATARAM

Sumber: Instagram/suryodjb

Olahraga jemparingan merupakan olahraga yang berasal dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau olahraga panahan ala Mataram Ngayogyakarta. Olahraga panahan ini pada awalnya hanya dilakukan oleh kalangan keluarga kerajaan dengan diikuti oleh para prajurit kerajaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, jemparingan akhirnya diminati oleh berbagai kalangan. Berbeda dengan olahraga panahan pada umumnya, panahan tradisional ini dilakukan dengan duduk bersila sambil memanah target.

Jemparingan mempunyai sebutan tersendiri untuk alat-alat yang dipakai, seperti Jemparing yang berarti anak panah, Gendewa yang berarti busur, Wong-wongan atau pendulum yang merupakan sasaran vertikal dengan diameter 3 cm dan panjang 30 cm, dan masih banyak lagi alat-alat lainnya. Pemanah Jemparingan juga tidak membidik dengan mata melainkan meletakkan busur di depan perutnya sehingga sasarannya sesuai dengan emosi pemanah. Gaya memanah ini sesuai dengan filosofi Jemparingan, khususnya pamenthanging gandewa Pamanthening Cipta, Artinya busur memanjang tergantung konsentrasi menuju sasaran yang dituju Jika hal ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, berarti orang yang mempunyai mimpi harus fokus sepenuhnya pada mimpinya agar bisa menjadi kenyataan.

Seiring berjalannya waktu, Jemparingan mulai mengalami beberapa perubahan. Saat ini ada banyak cara berbeda untuk menembakkan busur dan sasaran dengan berbagai bentuk,namun semuanya tetap berpijak pada filosofi Jemparingan sebagai cara melatih konsentrasi. Beberapa orang juga tidak lagi membidik dengan posisi gandewa di depan perut melainkan dengan posisi agak miring agar pemanah dapat membidik dengan matanya.

Jemparingan  terancam hampir punah karena peminatnya  semakin sedikit, terutama sepeninggal Paku Alam VIII, salah satu pendukung Jemparingan. Namun belakangan  seni panahan tradisional ini mulai populer di kalangan generasi muda khususnya di wilayah Yogyakarta. Di  Keraton Yogyakarta, pertandingan jemparingan diadakan rutin  setiap minggunya. Para pemanah sering kali mengenakan kostum khas Jawa seperti kebaya dan batik untuk wanita. Sedangkan laki-laki memakai surjan, batik, dan blangkon.

Tentunya banyak  manfaat yang akan diperoleh jika berlatih jemparingan. Selain berolahraga, masyarakat juga bisa berprestasi dengan mengikuti lomba jemparingan. Selain itu, yang terpenting adalah kontribusi masyarakat dalam melestarikan permainan atau olahraga tradisional tersebut.

Penulis : Devita Meilina C
Redaktur : Ratna Siregar

Top News
Sponsor